Halaman

Serigala dan Anak Domba

Sore itu serigala sedang berjalan-jalan. Pikirannya tenang, perutnya kenyang, terisi kelinci. Tak seperti biasanya hari ini ia mendapatkan seekor kelinci gemuk untuk makan siangnya. Kelinci itu tidak waspada sehingga dengan sekali lompat serigala dengan mudah mendapatkannya. Tak perlu ia berlari-lari sepanjang hari seperti biasanya. Santapan enak bergizi tinggi pikirnya. Ia gembira dengan keberuntungannya.
Tak terasa ia berjalan dekat desa. Ia melewati rumah Pak Tani yang berpagar kayu. Seekor anak domba sedang melamun di atas atap kandang. Serigala mendongak ke atas atap tapi ia tetap melenggang pergi. Kebutuhanku hari ini sudah dicukupi, pikirnya. Pikiran tenang, perut kenyang, dunia sudah cukup bagiku hari ini, pikirnya.
Anak domba menengok ke bawah dan melihat serigala yang berjalan santai di luar pagar. Ia melihat musuhnya dan segera timbul keberaniannya.
“Hai serigala tua!” teriaknya dari atas atap.
“Dasar kamu itu maling dan pembunuh! Apa kau tidak malu dengan kelakuanmu itu?” cemoohnya.
“Berani-beraninya kamu mendekati rumah orang baik seperti kami! Semua perbuatan burukmu sudah diketahui semua orang, eh kamu tidak tahu malu menunjukkan batang hidungmu di sini!”
Serigala tetap berjalan seperti biasa. Ia mendengarkan ejekan anak domba lalu duduk di samping pagar.
“Ejeklah aku sesukamu, kawan kecil!” serigala tertawa kecil, “mudah untuk jadi pemberani jika kamu duduk di tempat yang aman.”

Terjemah bebas dari The Wolf and The Kid, www.aesopfables.com

Pesan dari cerita ini : keberanian itu dibuktikan ketika menghadapi bahaya, bukan oleh omongan belaka.