Tak terasa ia berjalan dekat desa. Ia
melewati rumah Pak Tani yang berpagar kayu. Seekor anak domba sedang
melamun di atas atap kandang. Serigala mendongak ke atas atap tapi ia
tetap melenggang pergi. Kebutuhanku hari ini sudah dicukupi,
pikirnya. Pikiran tenang, perut kenyang, dunia sudah cukup bagiku
hari ini, pikirnya.
Anak domba menengok ke bawah dan
melihat serigala yang berjalan santai di luar pagar. Ia melihat
musuhnya dan segera timbul keberaniannya.
“Hai serigala tua!” teriaknya dari
atas atap.
“Dasar kamu itu maling dan pembunuh!
Apa kau tidak malu dengan kelakuanmu itu?” cemoohnya.
“Berani-beraninya kamu mendekati
rumah orang baik seperti kami! Semua perbuatan burukmu sudah
diketahui semua orang, eh kamu tidak tahu malu menunjukkan batang
hidungmu di sini!”
Serigala tetap berjalan seperti biasa.
Ia mendengarkan ejekan anak domba lalu duduk di samping pagar.
“Ejeklah aku sesukamu, kawan kecil!”
serigala tertawa kecil, “mudah untuk jadi pemberani jika kamu duduk
di tempat yang aman.”
Terjemah bebas dari The Wolf and The
Kid, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini : keberanian itu dibuktikan
ketika menghadapi bahaya, bukan oleh omongan belaka.