Halaman

Kuda dan Perawatnya


Beberapa ekor kuda tampak berderet di pinggir lapangan. Mereka kuda pacu yang tinggi dan gagah. Kuda pacu lebih gagah daripada kuda biasa. Mata mereka menatap tajam dan bersinar, memandang dengan angkuh ke sekelilingnya. Kadang tampak pula gigi-gigi yang putih dan rapi ketika mereka meringkik. Kuda-kuda itu, jika berdiri, mereka dengan angkuh. Dada mereka membusung menunjukkan keperkasaan mereka. Jika mereka berjalan, detak kuku kaki-kakinya berderap berirama. Jika mereka berlari, kepulan debu bergumpal di belakang mereka. Seringkali besi sepatu kuda memercikkan bunga api ketika langkah kaki mereka menghantam bebatuan.
Merekapun tampil selalu menawan. Surainya lebat tersisir rapi. Kulitnya berkilat, tampak berkilauan jika tertimpa sinar matahari. Warna kulit mereka berlainan, tapi semua tampak mengagumkan. Ada yang berwarna hitam pekat seperti malam yang gelap gulita. Ada yang berwarna kemerahan seperti senja di sore hari. Yang berwarna putih, mengkilap seperti susu. Yang coklat bersih tak bernoda. Yang belang bercampur warna sama berkilaunya mengagumkan.
Kuda-kuda bersiap di lintasan pacu. Para penunggang membungkuk bersiap-siap di atas punggung kuda. Tiba-tiba terompet berbunyi tanda pacuan dimulai. Semua kuda melompat dari tempatnya, lalu berlari kencang di lintasan seperti terbang. Gelombang debu bermunculan di belakang kuda-kuda. Semua berpacu untuk menjadi yang tercepat.
Tetapi seekor kuda hitam yang tampak sangat gagah lambat laun berlari melambat. Dia berhenti berlari, lalu berjalan. Lantas dia berhenti berjalan, lalu melangkah. Dan akhirnya ia berhenti melangkah, dan hanya diam di tempat. Keempat kakinya gemetaran. Si penunggang melompat turun dari punggungnya dan bertanya keheranan, “Ada apa denganmu, Hitam?”
Si hitam bernafas tersengal-sengal. Setelah berhasil mengatur nafasnya, ia menjawab, “Perawatku setiap hari selalu merawat tubuhku. Dia memandikanku dan menyisir seluruh rambutku dengan sikat. Dia melakukannya dengan rajin dari pagi hingga sore hari.”
“Perawatmu melakukan tugasnya dengan baik! Lantas apa masalahnya?” tanya si penunggang lebih heran lagi.
“Masalahnya adalah ia rajin sekali merawat tubuhku, tetapi ia sedikit sekali memberiku makan. Jatah gandumku untuk kumakan setiap hari, setengahnya selalu dia bawa pulang!”
Si penunggang sekarang mengerti, ia menepuk-nepuk kuda hitam yang tampan itu. Ia menuntunnya ke pinggir lintasan dan membawanya pulang ke kandang.

Terjemah bebas dari The Horse and Groom, www.aesopfables.com

Pesan : bukan hanya penampilan yang harus dirawat, tetapi juga kesehatan badan dan jiwa.