Setiap hari lembu bekerja dengan keras. Begitu ayam jantan berkokok ia bangun dan pergi ke ladang. Pak Tani mengikat lehernya lalu memasangkan bajak yang berat di pundaknya. Ia membajak ladang hingga matahari tepat di ubun-ubun, menghela alat bajak untuk menggaruk tanah yang keras sehingga gembur. Siang harinya ia bolak-balik memanggul gentong air yang berat dari sungai untuk menyirami tanaman. Lalu setelah bekerja keras seharian, lembu baru pulang ke kandang ketika hari sudah menjelang malam.
Kadang-kadang ia tidak pergi ke ladang.
Ia hanya berjalan berputar-putar, tapi itupun bukan untuk
bersantai-santai. Ia memutar roda penggilingan gandum yang berat.
Seharian ia bekerja seperti itu hingga matahari terbenam. Tidak ada
hari berleha-leha untuknya.
Sebaliknya Pak Tani memiliki seekor anak sapi. Pak Tani membiarkan anak sapi itu untuk berbuat semaunya.
Setiap pagi Pak Tani membuka pintu kandangnya, membiarkannya lepas di
ladang penggembalaan. Sehari-hari ia hanya makan rumput dan
berjalan-jalan sekeliling peternakan. Tak heran jika ia menjadi
seekor sapi yang besar dan gemuk. Sapi itu pun setiap hari
menonton lembu yang bekerja keras.
“Hai lembu!” sapa si sapi.
“Selamat pagi, sapi muda!” jawab
lembu.
“Aku merasa kasihan padamu!” kata
si sapi, wajahnya terlihat sedih.
“Kenapa?” sahut lembu heran.
“Kenapa kasihan padaku?”
“Lihatlah dirimu!” seru sapi,
“setiap hari lehermu diikat lalu kau pergi ke ladang dan membajak
sawah, mengangkut air, dan baru pulang malam hari.” “Kadang kau
tak pergi ke ladang, tapi malah berputar-putar di penggilingan!”
tambahnya. “Tapi itu kan sama saja!” wajah si sapi muda tetap
tampak sedih tapi nada suaranya mengejek si lembu.
Dan begitulah si sapi menggoda lembu
hampir setiap hari. Pekerjaan berat lembu seolah menjadi hiburan bagi
kambing.
Tak terasa waktu berlalu, hingga
tibalah hari raya. Semua orang bergembira termasuk keluarga Pak Tani.
Pagi hari lembu sudah bersiap pergi ke ladang, tetapi ternyata Pak
Tani membuka pintu kandangnya lalu pergi. Pak Tani meninggalkannya
dengan setumpuk rerumputan hijau kesukaan lembu sambil berbisik di
telinganya dengan lembut, “Hari ini kamu libur. Pergilah kemana
saja kamu mau! Nikmati rumputnya! Semua orang sedang bergembira di
hari raya!”
Pak Tani lalu pergi ke kandang sapi
lantas mengikat lehernya. “Moooo! Kenapa aku diikat!?” sapi
terkejut bukan kepalang. “Moo! Moo! Moooooo!,” sapi melenguh.
“Sekarang waktunya hari raya, semua
orang bergembira, kita akan membuat sate dan gulai sapi muda yang empuk dan lezat
untuk semua!” Pak Tani bersenandung riang.
Terjemah bebas dari The Heifer and The
Ox, www.aesopfables.com
Pesan : tak baik berbahagia diatas
penderitaan orang lain.
Pesan : apa yang tampak bagi kita
sebagai derita, musibah, nasib buruk, belum tentu seburuk yang
kelihatannya. Orang yang menghadapi dengan lapang dada akan menganggap ringan penderitaannya.