Jauh di depan mereka tampak seekor
kijang berlari, jarak antara mereka cukup jauh, sang kijang hampir
lenyap dari pandangan mata. Tanduknya yang besar dan megah seperti
berayun-ayun di atas kepalanya. Kijang itu berlari tapi tampaknya ia
lebih kepayahan daripada anjing-anjing yang mengejarnya, langkah
kakinya mulai melambat. Ia sudah amat kelelalahan, ia harus segera
mencari tempat sembunyi.
Tak jauh dari sana ada peternakan Pak
Gembala. Tampak beberapa ekor lembu sedang merumput dijaga oleh
pembantu-pembantunya. Tak pikir panjang kijang lantas berlari masuk
ke peternakan itu mencari tempat sembunyi. Ia menyelinap masuk ke
dalam kandang lembu. Ia kebingungan mencari tempat yang cukup besar
untuk menyembunyikan dirinya, lalu matanya tertumbuk pada segundukan
besar jerami di pojok kandang. Kijang lalu menerobos masuk ke
dalamnya sehingga seluruh badannya tertutup jerami, hanya menyisakan
ujung tanduknya saja yang muncul sedikit di atas tumpukan.
Baru saja kijang mengubur dirinya dalam
jerami, anjing-anjing tiba di ujung peternakan diiringi majikan
mereka, Pak Pemburu. Pak Pemburu lalu turun dari kudanya dan
melangkah masuk ke dalam peternakan. Ia menyapa para pembantu Pak
Gembala yang sedang beristirahat, menanyakan apakah mereka melihat
seekor kijang di sekitar sini. Mereka lalu bersama-sama melihat
seluruh peternakan dan memasuki kandang lembu, tetapi mereka tidak
menemukan si kijang. Pak Pemburu berterimakasih pada mereka atas
bantuannya lalu membawa anjing-anjingnya meninggalkan peternakan.
Tak lama kemudian Pak Gembala tiba di
peternakan.
“Kenapa dengan orang dan gerombolan
anjing tadi?” tanya Pak Gembala kepada para pembantunya.
“Ia seorang pemburu, datang mencari
kijang buruannya,” jawab mereka serempak. “Tapi kami tidak
menemukannya.” kata yang satu. “Tampaknya kijangnya lari ke arah
yang lain,” timpal yang lain. “Kita sudah mencari ke seluruh
pojok peternakan!” aku mereka semua.
Pak Gembala lalu berkeliling
peternakannya. Lalu ia mengunjungi kandang lembunya. Ia membuka pintu
kandang lalu berdiri di depan pintu. Matanya memandang ke dalam
kandang dengan menyelidik. Semua pembantunya turut di belakangnya.
“Apa itu yang muncul di atas tumpukan
jerami?” seru Pak Gembala. Tangannya menunjuk ke pojok kandang yang
jauh. Tangannya menunjuk ujung tanduk kijang yang muncul sedikit
sekali di atas tumpukan, hampir tak terlihat, samar oleh helai-helai
jerami.
“Yang mana?” seru para pembantunya.
Mereka memicingkan mata melihat ke arah tangan Pak Gembala menunjuk,
tapi mereka hampir tak melihat apa pun selain jerami.
Seorang dari mereka lalu diam-diam
melangkah ke arah tumpukan dan menyibakkan jeraminya perlahan-lahan.
Tak mereka sangka tampak seekor kijang meringkuk di dalamnya! Mereka
kaget sekali! Demikian pula sang kijang. Tapi tak butuh waktu lama
hilang keterkejutan mereka. Para pembantu Pak Gembala segera
meringkus sang kijang hingga tak berkutik.
Hari ini mereka mendapat pelajaran
berharga. “Tak ada yang luput dari mata seorang ahli!” gumam
seseorang di antara mereka.
Terjemah bebas dari The Hart in The
Ox-Stall, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini : benar sekali! Tak ada yang
luput dari mata seorang ahli, orang pandai yang ahli bisa mengetahui
sesuatu yang tidak diketahui orang lain.