Panen raya sudah tiba. Sudah waktunya Pak Saudagar bepergian. Pagi-pagi buta ia sudah berkemas. Ia membawa dua keledainya. Masing-masing membawa dua kantung besar. Kantung besar yang masih kosong untuk mengangkut gandum.
Hasil panen Pak Tani kali ini melimpah ruah. Bulir-bulir gandum penuh padat berisi. Pak Tani bersuka cita. Ia menunggu Pak Saudagar datang membeli. Tak perlu menunggu lama, Pak Saudagar tiba dengan dua keledainya. Berkarung-karung gandum segera dimuat. Tinggi bertumpuk di atas punggung dua keledai. Tapi keledai binatang yang kuat, beban berat diangkut dengan mudah. Tanpa kesulitan mereka segera berangkat ke kota besar.
Perdagangan Pak Saudagar sangat sukses. Dengan segera ia menjual setengah gandumnya. Berkarung-karung gandum ditukar dengan berkantung-kantung uang emas. "Cukuplah untuk hari ini", pikir Pak Saudagar. "Mari kita pulang!" ajaknya pada dua keledainya. Pak Saudagar memuat karung-karung gandumnya pada satu keledainya dan memuat kantung-kantung uang emas pada keledainya yang lain. Lalu mereka beranjak pulang.
"He-hah!" keledai yang mengangkut kantung emas meringkik dan tersenyum lebar. Dadanya membusung, langkah kakinya tegap, kepalanya mendongak dengan pongah. Bel di lehernya berdentang-dentang, sengaja ia goyangkan naik-turun dengan semangat. Ia bangga dipercaya mengangkut kantung uang emas Pak Saudagar. "Lihat aku!" katanya dengan angkuh pada keledai temannya yang mengikuti di belakang.
Tak mereka ketahui, gerombolan perampok telah mengintai mereka di pasar. Para perampok lalu menguntit mereka dalam perjalanan pulang. Begitu mereka lewat di tempat yang sepi, para perampok itu bermunculan dari persembunyiannya.
"Serahkan uangmu, saudagar!" kata mereka mengancam.
Pak Saudagar terkejut, tapi ia segera memecut keledai pembawa kantung emas keras-keras agar melompat dan berlari cepat. Tapi para perampok lebih cepat. Mereka segera menjerat keledai itu dengan tali tambang yang kuat. Para perampok sudah dari tadi mengincar keledai membawa kantung emas. Keledai meronta-ronta, tapi tanpa ampun para perampok memukuli keledai itu agar diam. Keledai tergeletak tak berdaya, seluruh tubuhnya babak belur. Dengan mudah perampok mengambil kantung-kantung emas Pak Saudagar. Puas dengan hasil jarahan, mereka segera melarikan diri.
"He-hah!" ringkik keledai, tapi kali ini ia tidak tersenyum sama sekali. Keledai tergeletak di tengah jalan. "Aduuh! Sakit sekali! Kenapa nasibku malang begini!" serunya dengan memilukan.
"He-hah!" jawab keledai temannya, si pengangkut gandum. "Aku bersyukur aku selamat tanpa luka sedikitpun, bahkan barang bawaanku pun masih utuh tanpa hilang sebutir gandumpun."
"Bersyukurlah kita masih hidup!" seru Pak Saudagar. "Para perampok terkenal kejam dan bengis! Tidak memberi ampun," hibur Pak Saudagar sambil menolong keledai yang terkapar untuk berdiri. "Lagipula kita masih punya banyak gandum untuk kita jual kembali!" katanya sambil membelai keledai pembawa gandum dengan suka cita.
Terjemah bebas dari The Mules and the Robbers, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini : jabatan yang lebih tinggi, tanggungjawab yang lebih besar, resikonya tentu lebih besar.
Pesan lain dari cerita ini : jangan sombong dengan sesuatu yang bukan milikmu.