Halaman

Anjing Pemburu Tua

Seekor anjing berlari terengah-engah di ladang. Ia berlari cepat sekali. Telinganya yang panjang mengepak-ngepak naik turun seperti sayap kupu-kupu. Ia tampak sangat lelah, lidahnya menjulur keluar, tapi ia tidak berhenti berlari. Apa kiranya yang sedang ia kejar?
Ternyata ia mengejar seekor babi hutan. Babi hutan berlari ngebut. Ia berlari lurus seperti tembakan anak panah. Kepalanya tertunduk menyeruduk. Apapun yang menghalanginya ia sundul. Langkah kakinya berderap cepat, tapi ia masih kalah cepat dari si anjing.
Anjing itu sudah tua, tapi ia masih bisa berlari lebih cepat dari babi hutan. Sudah bertahun-tahun ia mengabdi pada majikannya, Pak Pemburu. Dahulu ia berlari lebih cepat, bergerak lebih gesit, menggonggong lebih lantang. Ia tidak pernah gagal menangkap buruan sasaran Pak Pemburu, bahkan yang paling cepat dan kuat pun. Dan kali ini pun tampaknya ia akan menangkap babi hutan ini, walaupun harus dengan susah payah.
Anjing tua melompat, menerjang babi hutan. Babi hutan jatuh terpelanting. Dengan tenaganya yang tersisa anjing segera menerkamnya, menggigit kuping babi hutan. Sekarang atau tidak sama sekali, pikir anjing tua itu. Tapi apa yang terjadi? Si babi hutan tertawa terbahak-bahak.
"Huahahaha! Huahahah! Hentikan! Hentikan! Huahahahah!" si babi hutan tak bisa berhenti tertawa.
"Huahahahah! Huahahah! Geli! Hentikan! Tolong!!!!" seru babi hutan lagi tak henti-hentinya.
Ternyata anjing menggigit babi hutan dengan giginya yang ompong. Ompong? Ya! Seluruh gigi anjing tua sudah tanggal sehingga bukannya menggigit babi hutan, anjing tua malah cuma menjilat-jilat kuping babi hutan.


Babi hutan meronta-ronta geli. Anjing tua yang sudah kehabisan tenaga tidak berdaya dibuatnya. Babi hutan berhasil melepaskan diri, ia lari kencang ke dalam hutan. Tak berapa lama Pak Pemburu datang dan ia melihat anjing tua tidur-tiduran di atas rumput. Pak Pemburu sangat kecewa karena buruannya lepas dan ia memarahi anjing tua itu habis-habisan.
Anjing tua menoleh ke arah tuannya sambil berkata terengah-engah, "Maafkan aku Tuan! Jangan salahkan aku untuk hal ini. Semangatku masih sama seperti aku muda dulu, tapi aku tak bisa mengatasi usia tuaku." Anjing tua itu menatap tuannya dengan pandangan sayu.
"Kalau boleh memilih, aku lebih suka jika tuan menghargai kerja kerasku selama ini daripada mencelaku karena keadaanku sekarang."

Terjemah bebas dari The Old Hound, www.aesopfables.com

Pesan dari cerita ini : jangan mudah mencela kegagalan, hargai usaha dan kerja kerasnya!