Halaman

Mengenal Utusan Tuhan - Bag.1

Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta disampaikan oleh pelaku atau saksi mata menjadi berita. Berita lalu sambung menyambung, dari orang ke orang, dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, menjadi sejarah. Sebelum ada alat dokumentasi dan penyimpanan data canggih, hal inilah yang terjadi selama beribu-ribu tahun. Dari mulut ke mulut. Dari tulisan ke tulisan. Dari bahasa ke bahasa. Sambung menyambung hingga kisah-kisah kearifan, cerita-cerita kebiadaban, dan sejarah peradaban kuno bisa kita ketahui di masa ini. Hanya saja seringkali terjadi, berita atau pesan tidak sesuai fakta. Sejarah bisa tidak sesuai dengan kenyataan karena kesengajaan atau pun tidak.

Kebalikan dari fakta adalah fiksi. Cerita rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan. Hanya terjadi dalam otak. Sama seperti fakta, fiksi bisa menjadi berita. Bahkan berita berdasarkan fiksi bisa saja dibenarkan oleh "saksi mata". Berita lalu sambung menyambung, dari orang ke orang, dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, menjadi sejarah yang seolah-olah berdasarkan kenyataan, benar-benar ada atau terjadi.

Coba simak dongeng anak-anak berikut :
Seorang anak gembala domba berteriak dari atas dari bukit, "Serigala! Serigala!" Para petani berlarian tergopoh gopoh naik ke atas bukit. Mereka membawa senjata seadanya, apapun yang mereka bisa bawa. Apa yang mereka lihat ketika sampai di atas bukit? Mereka melihat si anak gembala tertawa terbahak-bahak, domba-domba merumput dengan tenang, dan tak ada seekor serigala pun yang tampak.
Selang beberapa hari kemudian, anak gembala kembali berteriak dari atas dari bukit. Suaranya bergetar penuh kengerian, "Serigala! Serigala! Tolong! Serigala!" Para petani kembali berlarian tergopoh-gopoh naik ke atas bukit. Dan apa yang mereka lihat? Mereka mendapati si anak gembala tertawa lebih keras, dan lagi-lagi tak ada seekor serigala pun yang tampak.
Ketiga kalinya terdengar teriakan dari atas bukit. Lebih keras dan lebih mengiba dari yang sudah-sudah. "Tolong! Tolong! Serigala! Serigala! Tolong!" Tapi kali ini tak ada seorang petani pun yang bersegera naik ke atas bukit. Lama kemudian seorang petani naik ke bukit. Tak ada serigala, tapi domba-domba bertebaran menjadi bangkai  dan si anak gembala menangis sedu sedan menyesali nasibnya yang malang. 
Apa yang tersirat dalam dongeng di atas?
1. Anak gembala mengarang cerita serigala (fiksi), para petani percaya ada serigala (asumsi), tapi ternyata tak ada serigala (tidak ada bukti).
2. Anak gembala melihat serigala (fakta), petani tidak percaya (asumsi), tapi domba-domba mati menjadi bangkai ditangisi anak gembala (ada bukti).
Ilustrasi dongeng sederhana menunjukkan fiksi bisa saja dipercayai karena ada saksi, dan juga sebaliknya fakta bisa saja tidak dipercayai walaupun ada saksi. Yang kemudian membedakan fakta dan fiksi (tentang keberadaan serigala) adalah bukti (bekas kehadiran serigala) dan diperkuat oleh saksi mata.     

Perbedaan antara fakta dan fiksi adalah bukti. Jika terbukti, maka itu adalah fakta. Tak ada bukti maka sesuatu itu fiksi : tidak nyata, hanya khayalan, cuma ide atau hasil pikiran seseorang. Sebelum ada bukti maka semuanya baru berupa asumsi, baru prasangka (yang nantinya bisa terbukti benar atau sebaliknya).

Bagaimana sebuah fiksi bisa menjadi fakta? Coba perhatikan karya fiksi H.G. Wells dalam novelnya ‘The Land Ironclads’:
“Kedap-kedip pucat itu berasal dari serangga hitam besar dan kaku, serangga berukuran sebuah kapal penjelajah yang dibalut besi, yang merangkak miring ke baris pertama dari parit dan tembakan terpancar dari kedua sisinya. Peluru menghujami semua sisinya yang keras seperti gairah hujan es di atap seng. Kemudian dalam sekejap mata tirai kegelapan itu menghilang dan monster itu lenyap…"
Narasi di atas adalah tentang kisah fiksi sebuah tank baja yang terbit tahun 1903, tapi tank baru menjadi nyata pada tahun 1916.

Dan bagaimana fakta kemudian terbukti hanya fiksi, tidak nyata, hanya khayalan?
Pada tahun 1912, sebagian besar ilmuwan percaya bahwa "manusia Piltdown" adalah "mata rantai yang hilang" dalam evolusi kera menjadi manusia. "Manusia Piltdown" adalah hasil rekonstruksi para ahli British Museum dari fosil tengkorak yang diperoleh Charles Dawson. Spesimen itu diberi nama ilmiah, nama latin Eoanthropus dawsoni. Mata rantai yang hilang itu akhirnya terbukti sebagai penipuan Tahun 1953 fosil tengkorak piltdown itu dibuktikan sebagai rahang orangutan yang ditempelkan ke tengkorak manusia modern. 
Bayangkan, dengan adanya 'bukti' dan 'saksi' dari para ahli, penemuan 'ilmiah' itu baru terbukti secara ilmiah sebagai tipuan 40 tahun kemudian.

Kebenaran yang didukung bukti dan saksi bisa saja terbukti salah. Bagaimana jika "kebenaran" itu diyakini oleh sebagian besar orang? Golongan minoritas yang berkeyakinan sebaliknya bisa saja ditindas untuk meyakini "kebenaran" mayoritas. Apalagi yang meyakininya hanya satu orang dan keyakinannya bertentangan dengan keyakinan orang banyak dan para pemimpinnya, serta menyinggung kekuasaan yang telah mapan bahkan turun temurun. Inilah yang dialami oleh para penyampai berita, para penyampai peringatan, para utusan Tuhan, para Nabi.

Alkisah sebuah cerita dari zaman dahulu kala di tanah Arab yang gersang. Diceritakan turun temurun hingga saat ini.
Seorang yang sangat terkenal jujur selama hidupnya naik ke sebuah bukit. Ia kemudian berteriak memanggil-manggil. Orang-orang berkumpul bahkan yang tidak bisa hadir mengutus utusan untuk menghadirinya. Pemimpin-pemimpin kaumnya juga berdatangan. Ia lalu berkata, "Apa pendapat kalian jika kuberitahukan kepada kalian bahwa pasukan berkuda musuh di balik lembah ini akan menyerang kalian. Apakah kalian akan mempercayaiku?" Orang-orang itu menjawab,"Tentu! Kamu tidak pernah berkata dusta!" Lalu orang itu menambahkan, "Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan adzab yang berat." Orang terkemuka di antara mereka memaki, "Untuk inikah kamu mengumpulkan kami!? Celaka kamu!"
Kenapa pemuka kaum memakinya? Karena orang jujur itu meyakini sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan kebanyakan kaumnya yang sudah berurat berakar, turun temurun dari nenek moyang. Keyakinannya membahayakan kekuasaan politik para pemuka kaum, membahayakan pondasi kepercayaan mereka, meruntuhkan kehormatan mereka. Yang ia sampaikan hanyalah kata-kata, tapi kata-katanya begitu mempesona. 
"Mintalah kepada Tuhanmu agar bukit-bukit yang mengelilingi kami ini digeser, sehingga tanah kami menjadi datar, serta sungai-sungai mengalir seperti di Suriah dan Irak. Mintalah kepada Tuhanmu agar nenek moyang kami dihidupkan kembali, termasuk Qushay, sehingga kami dapat bertanya apakah yang engkau katakan ini benar atau dusta. Atau jika tidak, mintalah sesuatu untuk memenangkan dirimu sendiri. Mintalah kepada Tuhanmu agar mengutus malaikat yang akan membuktikan kebenaran kata-katamu dan memastikan kebohongan kami. Dan mintalah kepada Nya untuk memberi taman-taman, istana, emas, dan perak, sehingga kami dapat mengetahui ketinggian martabatmu di sisi Tuhanmu."
Mereka meminta bukti mukjizat, dan tidak mendapatkannya.
"Kalau begitu, runtuhkanlah langit hingga berkeping keping di atas kepala kami." 
"Kami tidak akan memercayaimu sampai engkau menunjukkan kepada kami Tuhan dan para malaikat sebagai bukti." "Aku tidak akan memercayaimu selamanya sebelum aku melihat sendiri engkau dapat naik mencapai langit, kemudian turun lagi ke bumi membawa empat malaikat untuk membenarkan pengakuanmu! Kalau itu terjadi, aku baru mungkin memercayaimu!"
Dan langit tidak runtuh di atas kepala mereka. Tuhan dan malaikat tidak juga tampak di hadapan mereka.
"Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan."
 "Berkatalah orang orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami: 'Mengapa tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita tidak melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya, mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman."
Dan memang hanya orang-orang yang tidak menyombongkan diri : budak, bekas budak, orang orang pinggiran, orang orang muda yang tak punya pengaruh, yang kemudian banyak mengikutinya. Mereka bersegera yakin akan kalimat-kalimatnya yang mengandung kebenaran, firman dari Tuhannya.
"Kami tidak ciptakan langit, bumi, dan segala isinya dengan bermain-main."
"Maka, apakah kamu mengira, sesungguhnya Kami ciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? 
"Dan, sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya."  
 "Apakah mereka tidak memerhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
"Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang bintang, matahari dan bulan yang bercahaya. Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur."
Para penentangnya tak kunjung mendapatkan bukti sesuai harapan mereka. Mereka mau melihat wujud Tuhan tampak dalam penglihatan mereka. Mereka ingin Tuhan yang ikut dalam aturan main mereka. Mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kehadiran Tuhan di dunia.

Jadi apakah Tuhan itu fakta atau fiksi? Jawabannya tergantung dari bukti apa yang anda inginkan.
Jika anda telah melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan sebagai bukti, dan merasa yakin dengan para saksi yang telah bersaksi akan keberadaan-Nya, maka keberadaan Tuhan, bagi anda adalah fakta.
Jika anda belum melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan; anda ingin Tuhan hadir sesuai aturan main yang anda inginkan; dan anda tidak yakin dengan para saksi yang telah bersaksi akan keberadaan-Nya; maka Tuhan adalah fiksi, yang ada bagi anda bukanlah Tuhan tapi konsep ketuhanan produk pikiran manusia. Manusia menciptakan Tuhan.
Kalimat yang paling baik untuk menutup narasi ini adalah sebuah kalimat :
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu".

Referensi :
http://kamusbahasaindonesia.org/fakta
http://kamusbahasaindonesia.org/fiksi
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Land_Ironclads
http://www.lihat.co.id/2013/03/8-imajinasi-teknologi-fiksi-ilmiah-yang.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Piltdown
Muhammad, Martin Lings, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010
http://www.quranterjemah.com