Halaman

Mengenal Utusan Tuhan - Bag.2

Tuhan memperlihatkan keberadaannya tidak melalui wujud-Nya yang tampak dalam penglihatan manusia. Tuhan memperlihatkan keberadaannya melalui tanda-tanda kehadirannya, hasil ciptaan-Nya. Hasil ciptaan-Nya lah yang merupakan bukti adanya Tuhan. Bukti yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia.
Pertanyaannya adalah apakah manusia mengakui bukti-bukti tersebut?

Keberadaan Tuhan juga dikuatkan oleh para saksi. Saksi-saksi itu mempersaksikan keberadaan Tuhan. Saksi-saksi itu bersaksi membawa pesan-pesan Tuhan. Keinginan Tuhan Yang Maha Kuasa. Aturan Tuhan bagi manusia. Aturan yang mengikat manusia tentang kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan (dan terhadap nilai nilai moral perilaku manusia) disebut 'Agama'. Para saksi itu disebut sebagai nabi, rasul, utusan, guru.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama adalah sebuah kumpulan aturan kepercayaan, budaya, dan pandangan tentang dunia yang berhubungan manusia dengan hal gaib, kerohanian, dan kadang-kadang, nilai-nilai moral. Banyak agama memiliki kisah, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menciptakan arti bagi kehidupan, atau untuk menjelaskan asal usul kehidupan, atau asal-usul alam semesta. Dari keyakinan tentang alam semesta dan sifat manusia, agama cenderung untuk menetapkan standar moral, etika, hukum atau pilihan gaya hidup. Diperkirakan ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Sepeninggal para nabi, rasul, utusan, guru, atau apa pun sebutannya, para pengikutnya meneruskan ajaran mereka. Pengetahuan tentang agama lalu disampaikan secara terus menerus melalui generasi ke generasi. Muncul para pemuka agama : ulama; rahib; pendeta; dukun; orang suci; yang dianggap atau diakui sebagai orang yang lebih berpengetahuan tentang agama dibandingkan kebanyakan penganutnya. Mereka mendapat pengakuan dari banyak orang bahwa mereka lebih paham tentang agama : tentang kepercayaan, tata cara peribadatan, hal-hal gaib, hukum dan aturan, atau nilai-nilai moral.

Orang yang mengakui terikat atau mengikatkan diri dengan aturan agama disebut sebagai orang yang beragama, religius. Jika ia taat mengikuti aturan-aturan agamanya, maka ia orang yang saleh. Jika ia berpemahaman berbeda dengan aturan resmi agamanya maka ia disebut berperilaku bid'ah. Sama sekali menolak konsep dasar agamanya, maka ia disebut kafir.

Berbeda dengan keyakinan pada Tuhan yang bisa tumbuh dengan sendirinya (atau muncul dari kesadaran diri sendiri akan kehadiran-Nya melalui pengamatan terhadap bukti-bukti penciptaan), keyakinan pada agama tertentu kadang harus dipelajari (atau malah dipaksakan/ terpaksa mengikuti).
Banyak agama mungkin memiliki aturan tentang perilaku, lembaga kependetaan, aturan tentang keanggotaan, memiliki tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencakup upacara, khotbah, peringatan atau pemujaan Tuhan, atau dewa dewi, pengorbanan, festival, pesta, pengaruh roh halus, inisiasi, upacara pemakaman, upacara pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, layanan masyarakat atau aspek lainnya dari budaya manusia. Agama juga kadang berisi mitos (dongeng atau legenda).
Ada ritual tertentu yang harus dijalani oleh pemeluk agama, misalkan untuk beragama Kristen maka harus menjalani pembaptisan, atau untuk beragama Islam maka harus mengucapkan kalimat syahadat. Oleh karena itu mungkin saja ada yang mengakui adanya Tuhan tapi tidak memeluk agama, atau memeluk agama tapi tidak (belum) percaya Tuhan. Perhatikan satu kisah dalam kitab suci umat Islam tentang pemeluk agamanya :
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". 
Agama apa yang anda anut? Keyakinan anda di masa kecil 99,99% akan sama dengan keyakinan orang tua anda atau wali anda. Setelah anda mulai mampu membantah orang tua anda, ada kemungkinan keyakinan anda berbeda dengan keyakinan mereka. Anda tidak lagi berpikir sederhana, berpikir yang pasti-pasti, seperti pada masa kanak-kanak. Pada masa remaja, anda mulai memiliki kemampuan mempertimbangkan banyak kemungkinan dan mulai berpikir tentang masa depan. Pada masa remaja, anda mengalami krisis identitas. Anda sedang mencari identitas diri. Anda sedang mencari-cari anda yang ideal dari sebelumnya dari anda yang apa adanya. Anda akan mempertanyakan tiga hal penting : apa pekerjaan (profesi) saya? apa keyakinan (ideologi) saya? siapa 'kawan' saya?

Lingkungan akan mempengaruhi pencarian anda. Anda mulai memperhatikan pendapat-pendapat orang lain. Orang lain di luar diri anda sendiri dan orangtua anda. Orang lain yang anda anggap penting. Apa pendapat mereka? Apa yang mereka anggap penting? Apa penilaian mereka terhadap anda? Anda mencari idola, orang yang ideal untuk mewakili diri anda. Idola yang akan memberi jawaban : apa pekerjaan (profesi) saya? apa keyakinan (ideologi) saya? siapa 'kawan' saya? Seorang nabi pernah menyampaikan sebagai berikut :
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” 
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”. 
Siapa pun bisa jadi idola, orang yang anda kagumi. Bisa ayah ibu, kakak, guru, teman. Orang yang belum pernah anda temui bisa saja jadi idola anda. Hanya mendengarkan kisahnya, membacanya dari buku-buku bacaan, menonton di layar televisi, browsing di internet, bisa membuat seseorang menjadi idola anda. Orang yang sudah meninggal bisa pula menjadi idola anda, bahkan anda bisa mengidolakan diri anda sendiri. Contoh pengidolaan diri yang ekstrem adalah kisah Fir'aun di negeri Mesir kuno :
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". 
Anda bisa memiliki banyak idola. Untuk urusan menyanyi, anda kagum pada penyanyi A. Untuk urusan penampilan, anda kagumi artis B. Untuk ilmu, anda kagum pada ilmuwan C. Untuk kebijaksanaan, anda kagumi ulama D. Dan seterusnya. Sedikit atau banyak, anda cenderung meniru idola anda : mungkin anda menyenandungkan lagu penyanyi A, mungkin mencontoh dandanan artis B, anda bercita-cita menjadi ilmuwan seperti C, anda harap bisa sebijaksana ulama D.

Tapi apakah idola anda pada kenyataannya sesuai dengan harapan dan kekaguman anda? Apakah suara penyanyi A seindah aslinya? Apakah artis B secantik yang anda lihat di televisi? Apakah ilmuwan C benar-benar berotak encer? Apakah ulama D sebijaksana ucapannya? Bagaimana jika A sering berpura-pura bernyanyi alias lipsinc? Bagaimana jika B hanya cantik karena berhias? Si C ternyata plagiat? D tidak sebijaksana khotbah-khotbahnya? Dan ternyata Fir'aun hanya manusia biasa, bukan Tuhan seperti pengakuannya?

(Mungkin) zaman sekarang sudah tidak ada lagi manusia yang mengaku-aku Tuhan dan kemudian dengan kekuasaannya (atau karena ingin berkuasa) lalu memaksa agar hanya dirinya yang wajib ditaati. Baik dengan membujuk atau dengan memaksa. Ikuti aku agar hidup sejahtera! Ikuti aku untuk hidup lebih baik! Taati aku atau rasakan akibatnya! Manusia sekarang lebih berpengetahuan daripada zaman dahulu, banyak hal yang dianggap gaib atau keajaiban di zaman dahulu sekarang bisa dijelaskan dengan ilmu. Manusia lebih rasional sehingga tidak mudah untuk dibodohi. Tapi bahkan di zaman modern ini masih ada yang mengaku sebagai utusan Tuhan, dan masih ada yang bersedia mengikutinya.

Apa bedanya antara utusan Tuhan sebenarnya dan yang palsu? Motif pemalsuan pasti tidak jauh dari harta, tahta, atau wanita. Motif-motif rasional yang bersifat duniawi, atau sebaliknya ada kemungkinan gangguan kejiwaan. Jika kelihatannya motifnya bukan duniawi, tidak masuk akal, maka tuduhan gangguan jiwa paling sering diutarakan kepada para nabi dan rasul oleh kaumnya sendiri. Pada zamannya nabi dan rasul ada yang disebut orang gila, walaupun kemudian ajarannya bertahan hingga saat kini dan banyak diikuti oleh banyak orang. Sebuah ayat dari kitab suci merekam kata-kata Nuh kepada kaumnya, dan apa kata kaumnya tentang Nuh :
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya). 
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi (ancaman)". 
Nabi palsu, guru palsu jelas memiliki motif keduniawian (atau halusinasi).    
Dalam agama, seorang nabi palsu adalah seorang penipu yang mengaku memperoleh karunia mengetahui tentang masa depan atau mendapat inspirasi ilahi, atau yang menggunakan karunia itu tapi digunakan untuk tujuan-tujuan jahat. Seringkali, seseorang yang dianggap sebagai "nabi yang benar" oleh sekelompok orang dianggap sebagai "nabi palsu" oleh kelompok yang lain, bahkan pertentangan bisa terjadi dalam agama yang sama. Istilah ini kadang-kadang digunakan di luar konteks agama untuk menggambarkan seseorang yang dengan gigih mengajukan suatu teori tetapi para pendengarnya menganggapnya palsu.
Jadi mana utusan Tuhan yang sesungguhnya? Sekarang ada lebih dari 4.200 agama di dunia. Tidak semua agama-agama itu akur. Yang satu bertentangan dengan yang lain. Yang satu meng-kafir-kan yang lain. Yang satu mem-bid'ah-kan yang lainnya. Lantas yang mana agama yang benar, yang dibawa oleh utusan Tuhan yang sebenarnya?

Suatu langkah besar ketika anda memulai pencarian kebenaran ini. Dibutuhkan keberanian untuk menantang arus. Tahapan pencarian anda paling tidak akan seperti ini :
  1. Apakah anda sedang menganut suatu keyakinan, suatu ajaran, suatu agama? (Tidak percaya suatu ajaran pun, atau suatu agama pun, adalah merupakan keyakinan)
  2. Apakah anda menganut keyakinan itu karena kesadaran anda sendiri atau karena terpaksa (karena keyakinan itu adalah keyakinan orangtua anda, keluarga anda, kelompok anda, masyarakat di sekitar anda, atau ideologi pemerintah)?
  3. Jika anda menganut keyakinan itu karena kesadaran sendiri, apa motif anda? Apakah karena keyakinan itu sesuai dengan hati nurani dan akal sehat anda (ikhlas)? Atau karena keyakinan itu mendatangkan keuntungan fisik/finansial atau menghindarkan anda dari kerugian fisik/finansial (karena imbalan)?
  4. Jika anda yakin karena terpaksa atau karena berharap imbalan, apakah anda merasa nyaman dengan keadaan itu?
  5. Jika anda tidak merasa tenang dengan keadaan saat ini, apakah anda bersedia mempelajari lebih dalam keyakinan yang anda anut sekarang, agar anda semakin yakin akan kebenarannya? 
  6. Jika anda tetap tidak merasa tenang, apakah anda bersedia membuka diri untuk keyakinan, ajaran, atau agama yang lain? Apakah anda bersedia untuk mengesampingkan kesombongan diri, kesombongan kelompok, kesombongan suku, kesombongan ras, untuk mencari keyakinan yang benar bagi kebutuhan anda sendiri?
  7. Jika anda mau membuka diri, keyakinan seperti apa yang paling masuk akal bagi anda? Yang paling cocok dengan hati nurani anda? Konsep tuhan seperti apa yang paling tepat untuk anda?
  8. Adakah seseorang atau sekelompok orang yang sedang menjalankan keyakinan tersebut?
  9. Apa kata orang-orang (yang anda hargai pendapatnya) tentang seseorang atau kelompok orang tersebut? Positif atau negatif? Apakah anda sependapat dengan mereka? 
  10. Apakah seseorang atau kelompok orang tersebut bisa anda ajak bertukar pikiran lebih dalam mengenai keyakinan mereka itu? Bisakah anda memperoleh informasi dari orang yang diakui lebih berpengetahuan (ulama, guru, pendeta, pemimpin) dalam keyakinan, ajaran, atau agama tersebut?
  11. Ketika anda mulai bertukar pikiran, tanyakan 4 hal berikut : Siapakah pemimpinnya? Bagaimana sejarah munculnya keyakinan, ajaran, atau agama tersebut? Dari mana mereka mempelajari tata cara beribadah/ melakukan keyakinan mereka? Untuk apa mereka melakukan ibadah itu? 
  12. Apakah jawabannya jelas atau mengambang? Akurat atau meragukan? Berasal dari fakta atau fiksi? Terbuka atau ditutup-tutupi? Bagaimanakah pendapat hati nurani dan akal sehat anda setelah anda memperoleh jawabannya?  Menjadi yakin? Ragu-ragu? Menolak mentah-mentah? 
  13. Jika anda merasa keyakinan tersebut benar, bersediakah anda mengikuti keyakinan itu? Bersediakah anda berkomitmen untuk menjalankan keyakinan itu? Bersediakah anda bertanggung jawab atas pilihan anda? Bersediakah anda menanggung resiko dari pilihan anda? Siapkah anda untuk menantang arus, mendapat cemoohan, dianggap aneh karena pilihan anda?
  14. Terakhir dan paling penting. Apapun keyakinan yang anda pilih dari usaha pencarian anda nanti, anda lebih baik daripada orang-orang yang hanya berkeyakinan karena terpaksa atau berharap imbalan dari keyakinannya. 
Jika anda bingung, hati anda tidak tenang, mulailah pencarian anda untuk mendapat keyakinan yang "benar" sekarang. Entah di tahap mana anda akan memperoleh "kebenaran" itu atau bahkan mungkin seumur hidup anda, anda tidak dapat menemukannya. Tapi mulailah sekarang, dan ini butuh keberanian anda. Pertanyaannya adalah :
"Beranikah anda?"

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
http://en.wikipedia.org/wiki/Religion
http://www.quranterjemah.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Adolescence
http://abuzuhriy.com/lihatlah-siapa-temanmu/
http://en.wikipedia.org/wiki/False_prophet
http://www.wikihow.com/Find-the-Right-Religion-for-You