Beberapa karung garam ia ikat di atas punggung keledainya, lalu mereka kembali pulang. Tak berapa lama mereka tiba di tepi sungai. Perlahan mereka menyeberangi sungai yang dangkal, memilih batu yang aman untuk dipijak. Walaupun mereka telah berhati-hati, si keledai tak sengaja menginjak batu berlumut yang amat licin, terpeleset, dan jatuh tercebur ke dalam sungai. Tak disangka oleh keledai itu, beban di punggungnya terasa ringan, air sudah melarutkan garam dalam karung. Ia berdiri dengan mudah.
Pedagang itu terpaksa kembali lagi ke pantai. Ia membeli beberapa karung garam lagi. Lebih banyak dari yang dia beli sebelumnya. Mereka tiba lagi di tepi sungai dan menyeberanginya perlahan-lahan. Dan lagi-lagi keledai itu terjatuh ke dalam sungai. Kali ini dia melakukannya dengan sengaja.
"He hah! He hah!" keledai itu meringkik, tertawa penuh kemenangan. Bergembira dengan kelakuannya itu.
Pedagang mengerti apa yang terjadi. Dia lalu membawa lagi keledai itu ke pantai. Kali ini dia tidak membeli garam. Ia membeli banyak sekali kain.
Kembali mereka menyeberangi sungai. Lagi-lagi keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja ke dalam air. Tak dinyana, bukannya berkurang, beban di punggungnya menjadi sangat berat. Dua kali lipat lebih berat daripada bebannya sebelumnya. Air meresap ke dalam kain dan membuatnya lebih berat.
Dengan tertatih-tatih keledai itu berdiri. Ia sama sekali tidak bergembira. Dengan sedih ia membayangkan harus menembus hutan lebat, naik turun bukit, melintasi padang untuk tiba di rumahnya di kota dengan beban yang begitu berat di punggungnya.
Terjemah bebas dari : The Salt Merchant and His Ass, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini adalah : jika kita pintar, tidak akan mudah dibodohi.
Pesan lain dari cerita : yang curang, pasti dapat balasannya.