Di pinggir hutan ada sebuah sumur kecil. Di musim kemarau ini, hanya sumur itulah satu-satunya mata air yang masih mengalirkan air. Semua binatang bergiliran meminum airnya, hanya sekedar untuk melegakan tenggorokan yang kering.
Suatu hari singa dan babi hutan datang bersamaan ke sumur itu. Tak lama mereka bertengkar. Masing-masing ingin menjadi yang pertama meminum airnya. Adu kata berubah menjadi adu pukul. Adu pukul menjadi adu gulat. Masing-masing bertekad mengalahkan lawannya. Sekarang urusannya bukan masalah air lagi, menjadi masalah harga diri siapa yang paling kuat.
Bak! Babi hutan menyeruduk dengan kepalanya yang keras. Buk! Singa menampar dengan cakarnya yang kuat. Semakin lama perkelahian itu menjadi semakin dahsyat. Singa dan babi hutan babak belur, kulit mereka mandi keringat. Nafas terengah-engah. Mereka kemudian diam sejenak kelelahan. Mengambil nafas panjang, mereka bersiap-siap lagi untuk bertarung.
Di kejauhan, burung-burung terbang hinggap di atas tanah. Singa sudah menekukkan kaki kakinya siap melompat. Babi hutan menundukkan kepalanya siap berlari menyeruduk. Tapi lalu mereka berhenti terdiam. Mereka baru menyadari bahwa burung-burung yang hinggap itu adalah burung bangkai, dan burung bangkai selalu tahu kalau ada perkelahian yang akan memakan korban.
"Hei babi hutan!" seru singa. "Alangkah baiknya kita berhenti berkelahi!"
Babi hutan mendongakkan kepalanya lalu menjawab, "Hei singa! Baiklah, lebih baik kita berbagi air minum ini daripada kita menjadi makanan burung bangkai."
Akhirnya mereka berdamai dan berbagi minum bergiliran.
Terjemah bebas dari : The Lion and The Boar, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini adalah : lebih baik berdamai, daripada berkelahi saling membinasakan.