Halaman

Rusa di Tepi Sungai


Seekor rusa jantan berdiri di pinggir sungai. Air sungai itu begitu jernih, mengalir dengan lambat ke hilir. Rusa mereguk air itu dengan perlahan. Begitu segar untuk dirinya yang sangat kehausan.
Air itu sangat bening sehingga ia bisa melihat bayangan dirinya di permukaan sungai. Perlahan ditatapnya bayangan dirinya, mulai dari tanduknya hingga ujung kakinya.
"Oh, alangkah indahnya tandukku ini. Begitu besar dan kuat. Membuatku terlihat gagah dan berwibawa," seru si rusa jantan dengan bangga. Ia menelengkan kepalanya, memamerkan tanduknya yang indah pada bayangannya di atas air.
"Tapi betapa kurusnya kaki-kakiku," keluhnya. Ia menatap kakinya yang tampak lemah dan kurus. "Tak sebanding dengan kegagahan tandukku ini!"
Tak disangka, ketika ia sedang sibuk memandangi bayangannya, seekor singa mengintai di balik pepohonan.
Dengan cepat singa itu melompat keluar dari rimbunan semak, berlari cepat ke arah si rusa jantan.
Rusa itu terkejut bukan kepalang, tapi dengan segera ia berlari melarikan diri dari kejaran singa. Ia berlari sangat kencang jauh meninggalkan sang singa, menerobos pepohonan di tepi sungai. Ketika ia menyangka sudah bisa melepaskan diri dari kejaran, tiba tiba tanduknya yang besar tersangkut pada ranting-ranting pohon. Ia meronta sekuat tenaga, tapi semakin keras ia berusaha semakin kuat ia terjerat. Singa tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, lalu dengan mudah ia menerkam rusa jantan itu.
"Betapa bodohnya aku memandang rendah kakiku ini, padahal ia bisa menyelamatku. Sedangkan aku malah bangga pada tandukku yang malah membuatku celaka!" kata rusa itu dengan penuh sesal.
  
Terjemah bebas dari : The Stag at the River, www.aesopfables.com

Pesan dari cerita ini adalah : seringkali kita tidak menghargai sesuatu yang sebenarnya sangat berharga bagi kita.