Halaman

Pak Nelayan

Seperti biasa Pak Nelayan pergi menangkap ikan di sungai. Tapi hari ini Pak Nelayan, selain membawa keranjang bambu dan jaring, juga membawa rebana. Sungai tempatnya memancing ikan tak begitu dalam, airnya bergerak perlahan hampir tampak tak mengalir. Di tepi lubuk, bagian terdalam di tepi sungai itu, Pak Nelayan duduk bersila. Ia mulai bernyanyi sambil menepuk rebana. Hari ini ia ingin mencoba mengundang ikan-ikan naik ke permukaan dengan suara nyanyian dan tepukan rebananya.  
Pak ketipak ketipung...Pak ketipak ketipung, rebana berbunyi bertalu-talu mengiringi nyanyian merdu Pak Nelayan.


Sudah habis beberapa lagu Pak Nelayan nyanyikan, tapi tak ada satupun ikan tidak muncul ke atas air. Akhirnya Pak Nelayan bosan menyanyi, meletakkan rebana lalu melemparkan jaring ke tengah sungai. Tak berapa lama jaring ditariknya ke tepi, dan ternyata di dalamnya sudah penuh dengan ikan. Jaringnya ditambatkan di tepian, dan Pak Nelayan bernyanyi lagi lebih riang sambil menabuh rebana. Pak pung! Pak pung! Pak pung! Begitu bunyinya.
Ikan-ikan dalam jaring berlompatan di atas air mengikuti alunan rebana.
"Ah! Akhirnya sekarang kalian mau menari mendengar suara rebanaku!" kata Pak Nelayan.
"Betul," seekor ikan tua menjawab. "Kita sudah ada dalam kekuasaanmu Pak Nelayan. Sehingga kita ikuti apa kemauanmu."  

Terjemah bebas dari : The Fisherman, www.aesopfables.com

Pesan dari cerita ini adalah : seorang hamba, terpaksa ataupun sukarela, harus mengikuti kemauan majikannya.