Halaman

Badut dan Orang Dusun

Lapangan di pinggir desa itu terdengar bergemuruh ramai. Hampir semua penduduk desa itu datang berkumpul. Tidak hanya penduduk desa itu, orang-orang berduyun-duyun datang dari dusun yang lebih kecil di sekelilingnya. Ternyata ada pasar malam di desa.
Tenda berwarna-warni mekar seperti jamur di lapangan yang biasanya kosong. Panggung didirikan di tengahnya. Berbagai alat musik berbunyi bersahutan meramaikan suasana.
Orang-orang berkumpul di sekeliling panggung. Mereka tertawa terbahak-bahak menonton seorang badut yang bisa menirukan berbagai suara binatang. Pertunjukan diakhiri dengan menirukan suara kambing, dia mengembik begitu mirip sehingga orang-orang mengira ia menyembunyikan seekor kambing di balik baju yang kedodoran.
Seorang orang dusun yang berdiri menonton berteriak mencemooh, "Kamu tadi bilang itu suara kambing mengembik? Sama sekali tidak mirip! Besok aku akan tunjukkan suara kambing!" 
Para penonton tertawa melihat tingkahnya. Tapi ternyata benar saja ia datang besok harinya dan muncul di atas panggung. Para penonton segera berkumpul menyaksikannya. Orang dusun itu lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu terdengar suara kambing mengembik panjang.
"Mbeeeeeeeeeeeeek!" Suaranya sangat mirip, tapi begitu memelas suara kambing itu! Suaranya amat mengenaskan. Para penonton tak tahan mendengarnya, berteriak teriak menyuruhnya diam lalu melemparinya dengan batu. Tapi orang dusun itu tetap saja mengembik. "Mbeeeeeeeeeeeek!"
"Dasar orang orang bodoh!" teriak orang dusun itu. "Lihatlah! Ini yang seharusnya kalian suruh diam!" sahutnya sambil mengeluarkan kambing kecil dari balik bajunya, kambing yang ia jewer telinganya agar mengembik keras keras.

Terjemah bebas dari : The Buffoon and the Countryman, www.aesopfables.com

Pesan dari cerita ini adalah : kadang-kadang orang lebih menghargai yang imitasi daripada yang asli.