Keledai itu berpikir cepat, lalu ia berpura-pura berjalan pincang. Serigala itu berdiri menghalangi jalannya, tapi keledai itu tidak berusaha melarikan diri. Ia berdiri tertatih-tatih dengan tiga kakinya.
"Apa yang terjadi dengan satu kakimu itu? Kenapa kau berjalan terpincang-pincang" tanya serigala kepada calon mangsanya.
"Kakiku tertusuk duri yang amat tajam, tuan serigala. Aku tidak bisa berlari menghindarimu. Tapi jika kamu ingin memakanku, berhati-hatilah pada duri di kakiku ini. Lebih baik kau mencabut duri ini dulu. Aku takut duri ini akan melukai tenggorokanmu ketika kamu menelanku." jawab keledai.
Serigala itu melangkah semakin dekat pada si keledai. Ia mengamati kaki keledai yang pincang itu dari dekat, bermaksud mencabut duri, tentu saja sebelum ia menelan keledai itu bulat-bulat. Tapi dengan gerakan cepat keledai itu menendang serigala tepat di mulutnya, merontokkan taringnya, lalu melompat pergi melarikan diri.
Serigala itu terlentang dengan muka lebam, meratapi keadaannya. "Oh, aku layak menerimanya! Kenapa aku mencoba-coba menjadi tukang obat, sedangkan ayahku hanya pernah mengajariku untuk menjadi tukang jagal."
Terjemah bebas dari : The Ass and the Wolf, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini adalah : bertindaklah sesuai dengan kemampuan yang kau miliki.