Setiap kali singa berkeliling hutan, dia selalu ditemani gajah, dan walaupun makanan mereka berbeda tapi mereka makan bersama. Kenapa singa menghabiskan banyak waktunya yang berharga dengan gajah? Tak ada seekor binatang pun yang tahu, dan mereka sedikit pun tidak suka itu.
Suatu hari, singa mengajak gajah untuk menemaninya berburu selama dua minggu penuh. Binatang-binatang hutan yang lain kemudian berkumpul untuk membicarakan hal itu. Rubah, yang yakin dia paling pintar di antara semua binatang, memulai pembicaraan."Jangan pikir aku iri pada si gajah yang lamban dan kikuk itu!" katanya. "Tetapi apa yang dilihat singa dari dirinya? Jika si gajah memiliki ekor yang indah seperti diriku, aku baru mengerti kenapa ia yang dipilih menjadi kawan akrabnya!"
Dia menggoyangkan ekornya dengan anggun untuk memperlihatkan kepada binatang yang lain apa yang ia bicarakan, rubah selesai berbicara dan kemudian duduk.
Si Beruang hanya mendengarkan sekenanya saja pembicaraan rubah, ia lalu berdiri dan menggelengkan kepalanya. Pembicaraan tentang gaya si Rubah membuatnya jengkel.
"Jika si gajah memiliki cakar yang tajam dan panjang sepertiku, baru aku mengerti kenapa singa suka padanya!" dia berkata pada mereka.
"Atau jika dia punya tanduk yang menjulang seperti punyaku!" Lembu memotong pembicaraan. "Aku tidak akan menyalahkan singa untuk menyukainya!"
"Jangan bikin aku tertawa!" kata si keledai. "Semua hal ini sudah jelas, singa suka pada gajah karena telinganya yang lebar. Itu saja!"
"Lihat binatang binatang itu suka menyombongkan dirinya sendiri!" kata si bebek kepada istrinya. "Tetapi binatang yang tidak bisa bicara membebek, pembicaraannya hanya omong kosong."
Terjemah bebas dari : The Lion and the elephant, Richards Topical Encyclopedia. 1951
Pesan dari cerita ini adalah : tidak baik menyombongkan kelebihan diri sendiri saja, dan hanya melihat kekurangan pada orang lain.