Halaman

Rubah dan Ayam

Seekor rubah memasang telinganya baik-baik, memperhatikan gerak-gerik anjing Pak Tani. Kemudian pelan pelan ia berusaha merangkak masuk ke dalam kandang, berhenti sejenak sekali lagi untuk mendengarkan. Akhirnya ia berhasil masuk melalui lubang di lantai kandang, ia lalu memperhatikan kandang yang gelap itu sambil mengendus-endus.

Matanya yang tajam akhirnya bisa melihat seekor ayam betina yang sedang bertengger di atas langkan yang sempit jauh di atasnya. Ayam itu jauh dari jangkauannya.
"Sepupu ayam!" rubah itu menyapanya dengan suara yang semanis gula-gula. "Aku membawa beberapa biji bijian yang enak untukmu. Maukah kamu turun dan melihatnya?"
Tetapi ayam itu adalah ayam betina tua yang bijak. Ia telah sering melihat bagaimana ayam-ayam yang lain berhasil tertipu oleh binatang licik ini. Ia lalu berkotek, "Aku tidak sedang lapar sekarang. Terimakasih!"
Rubah berpikir sejenak.
"Ayam yang manis," kata si rubah,"Aku mendengar bahwa kamu sedang sakit dan aku ingin tahu keadaanmu. Turunlah ke sini, akan aku periksa denyut nadimu."
Tapi ayam itu masih terlalu pintar baginya.
"Betul, aku sedang sakit," ia mengakui. "Tetapi aku pasti akan mati jika aku turun dari tempat dudukku yang nyaman ini."

Terjemah bebas dari : The Fox and the Hen, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : hati-hati dengan orang yang bermulut manis.